India sedang gencar menerapkan strategi ambisius untuk menggantikan Tiongkok sebagai “Pabrik Dunia” berikutnya, memanfaatkan pergeseran rantai pasok global dan upaya diversifikasi pasca-pandemi. Dengan populasi yang besar, tenaga kerja muda, dan dukungan pemerintah yang kuat, India berupaya menarik investasi manufaktur asing dan membangun kapasitas produksi domestiknya di berbagai sektor.
Salah satu pilar utama strategi India adalah inisiatif “Make in India”, yang bertujuan untuk mempromosikan manufaktur domestik dan menarik investasi asing. Pemerintah menawarkan insentif fiskal, keringanan pajak, dan kemudahan berusaha untuk perusahaan-perusahaan yang ingin mendirikan fasilitas produksi di India. Fokus diberikan pada sektor-sektor kunci seperti elektronik, otomotif, farmasi, dan pertahanan.
Selain insentif, India juga berinvestasi besar dalam pengembangan infrastruktur. Peningkatan jaringan jalan, pelabuhan, dan fasilitas logistik lainnya bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan efisiensi rantai pasok. Pengembangan zona ekonomi khusus dan klaster industri juga dirancang untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi manufaktur.
Namun, India menghadapi tantangan signifikan dalam bersaing dengan Tiongkok yang telah mapan. Tantangan-tantangan ini termasuk birokrasi yang kompleks, reformasi tenaga kerja yang belum selesai, dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja. Selain itu, Tiongkok telah membangun ekosistem manufaktur yang sangat terintegrasi selama beberapa dekade, yang sulit ditiru dalam waktu singkat.
Meskipun demikian, dengan dukungan politik yang kuat, reformasi berkelanjutan, dan keuntungan demografis, India memiliki potensi untuk menjadi pemain manufaktur global yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan multinasional yang mencari diversifikasi rantai pasok dari Tiongkok semakin mempertimbangkan India sebagai alternatif yang menarik, menandai awal dari persaingan baru di kancah manufaktur global.

